Cara artikel tembus SERP tanpa pola Patel-fluencer
Artikel memang cuma sekedar tulisan kalau dilihat sekilas, artikel tutorial misalnya, cuma beres dibaca kurang dari lima menit. Contoh nyata dari salah satu artikel kami, Cara login dan reset pabrik Modem Orbit Star G1 tuntas dibaca dan dipraktekkan dalam tiga menit.
Dogma SEO dan Update Algoritma Google
Kelas-kelas SEO yang kaku, seperti harus ada headings H2-H4, gambar harus minimal 2, panjang artikel harus minimal 1000 kata atau harus ada pembuka dan penutup yang jelas dan panjang sudah tidak relevan lagi sejak era Google Panda. Lalu Penguin, yang membabat habis teknik link building murahan.
Setelah itu, BERT dan MUM membawa permainan ke level baru, di mana pemahaman konteks jadi lebih penting daripada sekadar mengulang kata kunci. Puncaknya, Helpful Content Update dan Core Update 2024 mengingatkan lagi: Google semakin menghargai tulisan yang jujur, berisi, dan dibuat untuk manusia.
Setelah Google melakukan berbagai upaya pembaruan ke dunia SEO, kita tidak bisa lagi melihat dunia tersebut dengan cara yang sama seperti era Google dan SEO 2014-an.
Patel-fluencer adalah istilah sindiran untuk mereka yang mengikuti dogma SEO ala Neil Patel atau “guru SEO” lainnya dengan pola pikir textbook dan kaku. Ciri khas mereka biasanya selalu menekankan panjang artikel 1000+ kata, harus ada 3-5 gambar, keyword density, H2-H4 lengkap, meta panjang sekian karakter, dsb.
Artikel sekarang lebih mudah dibaca Google, bukan dari pola atau struktur penulisan tapi dari niat, yaitu nilai konten yang dibuat dan relevansinya dengan audiens. Meskipun artikel ditulis tanpa atau dengan struktur headings yang jelas, artikel tetap bisa bersaing di SERP (Search Engine Results Page) atau biasa kita sebut halaman pencarian, yang selalu dikultuskan sebagai halaman pertama Google (orang lebih mudah memahami dengan teori ini).
Artikel yang ditulis dengan bahkan tanpa menggunakan berbagai teknik SEO yang sudah mapan, tetap mampu berada di SERP, seperti artikel Cara login Biznet pada Huawei EG8245H5 yang selalu bertahan di SERP selama empat tahun; artikel ini ditulis pada 2021 dan masih relevan hingga hari ini.

Artikel tersebut memang tidak mengejar metrik seperti jumlah tayangan, klik atau CTR, karena metrik-metrik itu kini dikalahkan oleh relevansi konten dan pencarian user, atau biasa disebut user intent. Jadi meskipun jumlah klik dan tayangan dari 24 Juli 2024 - 24 Juli 2025 metriknya kecil, artikel itu tetap menduduki puncak SERP karena relevansinya.
Headings hanya alat
Pada konteks SEO lama, headings adalah komponen atau bagian penting dari SEO, banyak artikel-artikel SEO yang masih mendefinisikannya hingga hari ini, karena mereka menganggap headings adalah dogma, sesuatu yang wajib ada pada tiap artikel. Fungsinya untuk mempermudah audiens membaca konten
Tapi di tahun 2025, headings bisa dipakai atau tidak, tergantung kebutuhan saja. Jika artikel lebih dari 600 kata, sebaiknya pakai headings untuk memudahkan navigasi antar sub-judul. Jika kurang dari 600, headings jadi opsional, boleh dipakai atau tidak.
Kenapa saya masih menggunakan headings kalau itu hanya alat? Artikel ini, saya perkirakan akan lebih dari 600 kata, jadi menggunakan headings akan sangat membantu audiens melompat ke sub-judul yang diinginkan tanpa perlu skrol panjang.
Jumlah kata minimal 1000 kata
Mengutip dari makinrajin.com, “Meskipun telah jelas bahwa tidak terdapat keterkaitan antara hubungan panjang artikel dan SEO. Namun, sebaiknya Anda tetap memiliki pakem jumlah kata dalam penulisan artikel SEO.”
Kutipan artikel itu menyoroti betapa tidak pentingnya jumlah kata, karena tidak ada keterkaitan satu sama lain dengan isi artikel di era modern Google, namun artikel yang sama masih menyoroti pentingnya jumlah kata sesuai pakem SEO lama untuk menghindari thin content (artikel yang jumlah katanya sedikit, kurang dari 500 kata).
Masalahnya, yang diperhitungkan Google lagi-lagi bukan jumlah atau banyaknya kata, tapi isinya. Buat apa menulis artikel sesuai ceklis SEO tapi isinya berputar-putar dan diulang-ulang.
Biasanya, artikel yang mengejar ceklis SEO selalu kaku, sangat template dan mudah diprediksi yang memang tujuannya sejak awal adalah untuk mesin, bukan manusia.
Ciri-ciri template SEO checklist seperti ini:
- Pembuka langsung menyebut “agar artikel naik SERP, ikuti checklist …”
- Semua petunjuk umum ditulis sebagai poin checklist tanpa konteks naratif
- Nada terlalu formal dan fokus ke “apa yang wajib dikerjakan”
Iklan
- Minim opini atau contoh praktis — lebih mengulang teori SEO textbook
Contoh nyata dari artikel yang mengejar SEO adalah Pengertian Domain, yang mengulang kata “domain” sebanyak 115 kali, itu menandakan adanya overused keyword (istilah SEO menyebutnya keyword stuffing), yang sangat baik untuk SEO lama tapi buruk untuk SEO modern, terutama setelah Helpful Content Update dan Core Update 2024.

Artikel juga punya jumlah kata sekitar 1582 yang sangat kompatibel dengan SEO lama, sedangkan di SEO modern, artikel dibawah 1000 kata sudah bisa menjelaskan semuanya, karena isinya dipadatkan, tidak repetitif seperti penekanan untuk keyword tertentu yang bertujuan memperkuat kedalaman keyword tersebut (keyword density).
Gambar boleh sedikit atau banyak
Tidak ada batasan jumlah gambar vs jumlah kata dalam SEO modern, jika SEO lama punya format baku seperti berikut yang dikutip dari seowriting.ai:
- Artikel pendek (500-800 kata): 1-2 gambar
- Artikel menengah (800-1500 kata): 2-4 gambar
- Artikel panjang (1500-2500 kata): 4-7 gambar
- Artikel sangat panjang (2500+ kata): 7+ gambar
Darimana aturan SEO itu berasal? Semua itu berasal dari aturan SEO lama sebelum era Google Panda. Pada saat itu memang ada aturan tak tertulis yang masih relevan dengan perilaku Google terhadap gambar.
Tapi untuk saat ini, jumlah gambar tidak terikat pada jumlah kata, artikel dibawah 800 kata pun bisa menggunakan 6 gambar dalam satu waktu, kalau diperlukan. Jadi ketika kita perlu gambar lebih dari dua untuk artikel pendek atau menengah, masukkan saja berapapun gambar yang diperlukan tanpa perlu memikirkan konteks gambar dalam SEO lama.
Jebakan plugin SEO
Selain ceklis dari berbagai artikel tentang SEO dan pakar-pakarnya yang masih memakai cara lama, plugin SEO juga melakukan hal serupa. Yoast dalam salah satu artikelnya mengatakan bahwa jika jumlah kata pada artikel kita kurang dari jumlah minimum, kita akan dikasih lampu merah dalam analisis Yoast SEO, sebaliknya, kita akan mendapatkan lampu lalu lintas hijau ketika jumlah kata melebihi minimum dibawah ini:
| Jenis Konten | Jumlah Kata Minimum |
|---|---|
| Postingan atau halaman | > 300 kata |
| Postingan atau halaman Cornerstone | > 900 kata |
| Deskripsi taksonomi | > 30 kata |
| Deskripsi produk | > 200 kata |
| Deskripsi produk Cornerstone | > 400 kata |
| Deskripsi singkat produk | ≥ 20 kata dan ≤ 50 kata |
Kita sebagai penulis jadi khawatir karena jumlah kata tidak memenuhi syarat “lampu hijau” Yoast, akhirnya kita tambahkan filler content yang tidak ada isinya alias kering.
Dalam SEO modern, plugin juga sebuah alat, bukan penentu apakah artikel kita SEO-friendly atau tidak, tapi sekali lagi: niat kontennya.
Kita tidak perlu mempedulikan jebakan plugin SEO terutama di WordPress, hampir 99% plugin SEO sangat ikut campur pada konten yang ditulis pengguna. Ini juga jadi alasan saya kenapa melakukan migrasi besar-besaran Juni kemarin dari WordPress ke starter Bookworm, sambil buat platform custom Newline yang berbasis Astro dan Tailwind. Bukan karena WordPress jelek, tapi plugin-pluginnya terutama untuk SEO terlalu mendikte soal isi dan kualitas konten yang sedang ditulis.
Seperti pada gambar dibawah ini, bagaimana Yoast mendikte kita supaya memenuhi ceklis SEO lama.
Dengan tidak mengikuti saran dari plugin-plugin itu, kita dapat menulis konten yang sesuai dengan passion dan ide-ide kita tanpa terjebak dogma SEO lama.
Penutup
Hari ini kita menulis konten baik artikel tutorial, editorial atau apapun itu untuk manusia lebih dulu, baru untuk mesin. Karena perilaku Google yang lebih menyukai konten yang bernilai dan membantu audiens akan membuat konten tersebut minim bounce rate (pengunjung datang kemudian pergi), karena isinya yang enak dibaca, memuaskan dan sesuai dengan apa yang mereka cari.
Aturan SEO lama seperti headings dan gambar pada artikel masih relevan hingga saat ini, tetapi tujuannya bukan sebagai ceklis SEO, melainkan alat navigasi dan visualisasi apa yang sedang mereka baca, misal kita bicara tentang login router Huawei EG8245H5 tapi tidak ada gambarnya, mereka akan bingung bagaimana tampilan halaman loginnya. Tapi dengan adanya gambar, mereka dapat melihat gambar dan mengerti itu adalah halaman loginnya yang akhirnya membuat mereka memfavoritkan artikel kita, membaca kembali artikel kita ketika mereka memerlukannya.
Bagian dari Series: Agitasi SEO
Artikel ini adalah bagian dari series pembelajaran yang komprehensif.
Memuat kontributor…
Dan para kontributor lainnya yang mendukung MauCariApa.com.
seedbacklinkMarketplace backlink terbesar dan terpercaya di Indonesia
Marketplace backlink terbesar dan terpercaya di Indonesia
Diskusi & Komentar
Panduan Komentar
- • Gunakan bahasa yang sopan dan konstruktif
- • Hindari spam, promosi, atau link yang tidak relevan
- • Komentar akan terus dipantau secara berkala
Lanjut Membaca
Cara bersihkan web dari backlink spam atau yang berkualitas rendah
Cara ampuh bersihkan situs web kita dari serangan masif backlink negatif yang biasanya menggunakan pola yang mudah ditebak
Dunning–Kruger effect dalam SEO dan pengembangan web
Penjelasan tentang Dunning-Kruger effect di bidang SEO dan pengembangan web